Selasa, 19 Mei 2009

Pendidikan Keagamaan

11.Krisis Akhlak di Indonesia Memprihatinkan

YOGYAKARTA, SELASA — Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kebodohan, kemiskinan, dan krisis akhlak yang belakangan ini begitu memprihatinkan.
"Dalam kaitan itu, perlu kiranya Departemen Agama (Depag) meningkatkan upaya penanggulangan melalui program kegiatan yang terencana dan terarah sesuai tanggung jawab melalui pendidikan agama dan keagamaan," katanya di Yogyakarta, Selasa.
Selain itu, katanya pada peresmian gedung Kanwil Depag DIY, Depag juga diharapkan dapat mengatasi masalah kebodohan sebagai penyebab keterbelakangan bangsa ini, dan bisa menjadi pelopor dalam upaya perbaikan akhlak dan moral bangsa khususnya dalam pemberantasan korupsi.
Menurut dia, Depag hendaknya juga dapat meningkatkan kontribusi melalui pemberdayaan lembaga sosial keagamaan seperti masjid, gereja, pura, dan tempat ibadah lain sebagai pusat kegiatan sosial kemasyarakatan.
Depag bersama instansi terkait juga diharapkan mengembangkan kebijakan di bidang pengelolaan zakat, infak, sedekah, wakaf, serta dana sosial keagamaan lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan.
Dia mengatakan, dengan diresmikannya kantor baru yang cukup megah, diharapkan seluruh aparat Depag dapat lebih meningkatkan kinerja dan menjadikannya perekat hubungan antaragama dan pemeluknya menjadi semakin harmonis.
"Sesuai khitah, negara menjamin semua umat beragama untuk mengamalkan ajaran agamanya, baik kehidupan pribadi, maupun dalam pergaulan sosial kemasyarakatan sehingga tercipta kehidupan yang saling menghargai antarumat beragama di tengah masyarakat," katanya.
Sementara itu, Kepala Kanwil Depag DIY Afandi mengatakan, secara keseluruhan pembangunan gedung tersebut sebesar Rp 11,163 miliar.
"Dengan perincian dana DIPA 2007 sebesar Rp 3,841 miliar, DIPA 2008 Rp 6 miliar dan Rp 1,5 miliar," katanya. Peresmian gedung tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Sultan Hamengku Buwono X.


12.Pendidikan Keagamaan di TPST Bantar Gebang Dikembangkan

Keagamaan di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Rt 1/Rw 5 Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantar Gebang akan dikembangkan dengan adanya pembangunan beberapa sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar agama, pelatihan keterampilan, dan sekolah.
"Rencananya akan ada pembangunan dan pengembangan sekolah, Taman Pendidikan Al Qur'an, kegiatan masjid dan pembangunan klinik di tengah-tengah komunitas masyarakat pemulung," kata Ahmad Khoidir Rohendi, Pengurus Cabang MKM Muhammadiyah, Jumat (1/5).
Menurut Hendi, selain kegiatan-kegiatan tersebut akan ada kegiatan pengembangan ekonomi, pendidikan anak, pendampingan dan penyelenggara pendidikan alternatif. Kegiatan belajar mengajar Al Quran di Masjid Al Muhajirin yang dulunya dikelola oleh PCM Rawamangun kemudian dilimpahkan kepengurusannya kepada PDM Bekasi dengan program MKKM Bekasi.
Sebelum ada kegiatan itu, di lingkungan TPST Bantar Gebang juga telah didirikan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang telah berdiri pada 2008 dari dana Dinas Pendidikan Kota Bekasi, dan beberapa Taman Kanak-Kanak Al Quran dan Ikatan Guru Taman Pendidikan Al Quran (IGTPQ) yang dikelola oleh Departemen Agama.
Hendi juga menjelaskan saat ini, di Masjid Al Muhajirin sudah ada kegiatan kajian remaja yaitu, Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Majelis Ta'lim yang telah terdaftar dan terprogram.
Selain itu juga Program Pemberdayaan Kompetisi Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM) yang kegiatannya, antara lain baca, tulis, hitung (calistung), pelatihan membuat kerajinan tangan dan kue, dan ukir-ukiran atas kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Bekasi dan Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI)."Rencananya akan dibangun juga klinik seluas 500 m2 dan Ponpes untuk semua kalangan di lingkungan tersebut," katanya.


13.Depag akan Kaji Pendidikan Pesantren

Forum Komunikasi Pesantren Mu'adalah (FKPM) mengenai perlunya peraturan menteri (permen) untuk mengatur pondok pesantren mendapat tanggapan positif. Guna membahas pendidikan keagamaan termasuk pesantren, Departemen Agama akan duduk bersama dengan para rektor Universitas Islam Negeri (UIN) serta sejumlah pengurus pesantren.
''Depag akan menggelar diskusi yang akan dihadiri pejabat eselon I Depag, seperti kabalitbang, sekjen, dan irjen bersama beberapa rektor UIN serta pengasuh pesantren untuk membahas pendidikan keagamaan. Hasil diskusi itu akan dijadikan dasar untuk itu (permen),'' ungkap Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Departemen Agama, Prof Muhammad Ali kepada Republika , Selasa (21/4). Rencananya, pertemuan itu bakal digelar pada Jumat (24/4) pekan ini.
Sebelumnya, sejumlah pesantren besar berpengaruh di Indonesia meminta agar Menteri Agama mengeluarkan Peraturan Menteri Agama yang khusus mengatur pendidikan pesantren. Sehingga, pesantren dapat terpisah dari diniyah.
''Pendidikan pesantren tidak sama dengan pendidikan diniyah. Kami harap menteri agama segera mengeluarkan Permen tentang Pesantren Mu'adalah yang terpisah atau berbeda dengan Madrasah Diniyah,'' tutur KH Muhammad Idris Jauhari, pengasuh Pondok Pesantren Al Amien Prenduan, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Ahad (19/4).

Kualitas madrasah

Dalam kesempatan yang sama, Prof Ali berharap kualitas madrasah di seluruh Tanah Air terus meningkat. Untuk itu, pihaknya berharap pada Ujian Nasional (UN) 2009, prestasi yang telah dicapai madrasah tidak menurun. ''Raihan prestasi murid, baik yang berasal dari madrasah swasta dan negeri, diharapkan tak mengalami degradasi,'' ujarnya menegaskan.
Pihaknya optimistis, kualitas dan prestasi para siswa madrasah pada UN tahun ini akan meningkat. Sebab, kata dia, para siswa madrasah telah mempersiapkan diri jauh sebelum ujian digelar. Pada tahun ajaran 2007/2008, tingkat kelulusan siswa madrasah ibtidaiyah (MI) mencapai 99,60 persen, madrasah tsanawiyah (MTs) sekitar 94,39 persen, dan madrasah aliyah 89,16 persen. Mata pelajaran yang diujikan meliputi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, dan IPA.
Pada tahun ajaran 2008/2009, jumlah siswa yang sedang dan akan mengikuti UN mencapai 1.599.670. Perinciannya, siswa MI mencapai 522.875 orang, tingkat MTs sekitar 776.434, dan MA 300.361 siswa. Menyinggung kemungkinan adanya kecurangan yang dilakukan para guru dalam pelaksanaan UN, Dirjen Pendidikan Islam, Muhammad Ali menegaskan, pihaknya akan menindak tegas terhadap siapa pun yang melanggar aturan.''Kami akan mengambil tindakan tegas, bila ada yang terbukti melakukan kecurangan, sanksinya bisa sampai pemecatan,'' kata Ali menegaskan.


14.Lembaga Pendidikan Non Formal Keagamaan JIC

Di Indonesia, permulaan munculnya madrasah baru terjadi sekitar abad ke-20. Meski demikian, latar belakang berdirinya madrasah tidak lepas dari dua faktor, yaitu semangat pembaharuan Islam yang berasal dari Islam pusat (Timur Tengah) dan merupakan respons pendidikan terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah.
Pada konteks Indonesia, berkembangnya madrasah di Indonesia merupakan respon terhadap kebijakan politik pendidikan pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi, dalam kajian sejarah pendidikan Islam di Indonesia, pada umumnya disebutkan peran penting Madrasah Diniyah Labai al-Yunusiah yang didirikan oleh Zaenudin Labai el-Yunusi (1890-1924) dan Madrasah Mambaul Ulum sebagai madrasah yang masing-masing berdiri di wilayah Sumatera dan wilayah Jawa. Apalagi kedua madrasah itu memang sudah sejak awal menampilkan sosok madrasah yang lebih terorganisasi dan permanen.
Dalam perkembangannya, sistem pendidikan Islam madrasah sudah tidak menggunakan sistem pendidikan yang sama dengan sistem pendidikan Islam pesantren. Karena di lembaga pendidikan madrasah ini sudah mulai dimasukkan pelajaran-pelajaran umum seperti sejarah ilmu bumi, dan pelajaran umum lainnya.
Metode pengajarannya pun sudah tidak lagi menggunakan sistem halaqah, melainkan sudah mengikuti metode pendidikan modern Barat. Yaitu dengan menggunakan ruang kelas, kursi, meja, dan papan tulis untuk proses belajar mengajar.
Melihat kenyataan sejarah, kita tentunya bangga dengan sistem dan lembaga pendidikan Islam madrasah yang ada di Indonesia. Dan kini, perkembangannya sudah menjamur. Apalagi dengan metode dan kurikulum pelajarannya mengadaptasi sistem pendidikan serta kurikulum pelajaran umum, mengedepankan moral dan etika serta nilai-nilai keagamaan yang berkembang di masyarakat.
Dengan begitu, madrasah yang tadinya hanya dipandang sebelah mata, secara perlahan-lahan berhasil mendapat perhatian dari masyarakat. Apresiasi ini menjadi modal besar bagi madrasah untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. Dalam konteks kekinian, sekarang ini banyak sekali madrasah yang menawarkan konsep pendidikan modern, yaitu konsep yang memberikan pelajaran atau pendidikan agama dan juga mengadaptasi mata pelajaran umum.
Jakarta Islamic Centre sebagai pusat pengembangan sumber daya Muslim kini memiliki lembaga pendidikan non formal keagamaan bercorak islam yang berkesinambungan, terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TKA-TPA Plus dan Madrasah Diniyah Plus. Lembaga pendidikan ini didesain dengan kurikulum terpadu yang mengombinasikan materi pendidikan diniyyah dasar dengan pengembangan materi kecerdasan multiple intelligence melalui pendidikan kelas terbuka.
PAUD yang bekerjasama dengan Yayasan Qalbun Salim mengembangkan metode pembelajaran dengan sistem belajar melalui bermain (pakem and active learning) serta Beyond Centre dan Circle Time (BCCT/Centre) yang bertujuan mengembangkan kemampuan sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar melalui kegiatan belajar yang menyenangkan.
TKA-TPA Plus JIC dengan model pembelajaran yang mengacu pada prinsip 'Bermain Sambil Belajar Integrasi IMTAQ' memiliki harapan untuk menjadikan anak didik menjadi generasi Qurani dalam kehidupan sehari-hari
MD Plus JIC yang memiliki tiga tingkatan jenjang pendidikan : Tingkat Ula kelas I, II, III, dan IV (sederajat dengan kelas III, IV, V dan VI), didesain dengan kurikulum terpadu. Yakni, mengombinasikan materi pendidikan diniyyah dasar dengan materi pengembangan kecerdasan multiple intelligence, di antaranya dengan kegiatan computer for Kids yang bermuatan teknologi komputer terapan.


15.Ribuan Santri Ikut Tes Beasiswa PTN

Para siswa yang bersekolah di lingkungan pesantren untuk masuk di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kian terbuka. Sehubungan dengan itu, sebanyak 2.200 santri seluruh Jatim telah mengikuti tes beasiswa masuk ke PTN.
Para santri yang mengikuti ujian saringan untuk penerimaan beasiswa berkuliah gratis di jenjang S1 (sarjana) di sejumlah PTN yang telah ditunjuk itu pada tahun ajaran 2009 ini dijatah sebanyak 400 orang. Jadi, sebanyak 2.200 santri memang harus bersaing secara ketat.
Kepala Bidang Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Kabid Peka dan Ponpes) Kanwil Departemen Agama (Depag) Jatim, Sudjak mengatakan bahwa ujian tes penerimaan beasiswa ini di antaranya mencakup materi tes skolastik, kecakapan akademis, pengusaan Bahasa Inggris, Arab, dan kepesantrenan. ''Tes beasiswa ini diikuti oleh seluruh santri di Jatim,'' kata Sudjak di Surabaya, Jumat (20/3).
Sudjak menjelaskan, seleksi penerimaan beasiswa pada tahun ini memang cukup banyak pesertanya. Dari kuota penyeleksian yang ditetapkan hanya 1.000 santri, papar Sudjak, ternyata yang mendaftarkan lebih dari dua kali lipatnya, yakni sebanyak 2.450 santri.
''Dan, setelah dilakukan seleksi awal yaitu seleksi administrasi akhirnya hanya sebanyak 2.200 santri yang bisa ikut tes seleksi tersebut,'' ungkap Sudjak sambil menambahkan tes telah berlangsung pada Kamis (19/3) lalu di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Untuk penilaian seleksi ini, terang Sudjak, pihak kanwil depag menterahkan sepenuhnya kepada tim penilai yang terdiri dari unsur depag, Depdiknas, serta PTN. ''Semua berkas seleksi ini langsung kami kirimkan ke Jakarta. Sepenuhnya penilaian sangat ditentukan oleh tim yang ada di Jakarta,'' jelas Sudjak.
Perihal materi ujian yang dikirimkan ke Jakarta tersebut, ujar Sudjak, memang dipilah-pilah sesuai dengan kapasitas penilaian. Misalnya, ia menyebutkan untuk materi tes kacakapan skolastik disampaikan ke depdiknas. ''Sedangkan untuk potensi akademik telah dikirim ke PTN yang bersangkutan. Begitu pula, untuk materi tes bahasa dan kepesantrenan disampaikan ke depag,'' terangnya.
Bagi para peserta ujian tes penerimaan beasiswa ini, jelas Sudjak, kalau tidak ada hambatan bisa melihat pengumumannya pada 19 April 2009 mendatang. ''Ya, untuk pengumumannya akan bisa dilihat di kanwil depag Jatim atau di masing-masing ponpes. Atau bisa dilihat di website a milik depag pusat,'' katanya.
Dari kuota penerimaan yang hanya 400 orang itu, Sudjak menjelaskan bahwa para peserta memang bisa memilih delapan PTN yang telah ditunjuk. Di antaranya, papar Sudjak, IAIN Walisongo Semarang, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ITS, Unair Surabaya, IPB, UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta, ITB, serta UGM Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar